a. Model
penggalan (fragmented model). Model
ini diimplementasikan dengan pemaduan yang terbatas pada satu mata pelajaran.
Misalnya, mata pelajaran bahasa Indonesia materi pembelajaran tentang menyimak,
berbicara, membaca dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran
ketrampilan berbahasa.
b. Model
keterhubungan (connected model).
Model ini diimplementasikan berbasis pada anggapan bahwa beberapa substansi
pembelajaran berinduk pada mata pelajaran tertentu.Butir-butir pembelajaran
seperti: kosakata, struktur, membaca, dan mengarang misalnya dapat dipayungkan
pada mata pelajaran bahasa dan sastra.
c. Model
sarang (nested model). Model ini
diimplementasikan dengan memadukan berbagai bentuk penguasaan konsep
ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada jam-jam
tertentu guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman bentuk kata,
makna kata,dan ungkapan dengan saran pembuahan ketrampilan dalam mengembangkan
daya imajinasi, daya berpikir
logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan
dan menulis puisi.
d. Model
Urutan/Rangkaian (sequenced model).
Model ini memadukan topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara
pararel. Isi cerita dalam roman sejarah, misalnya: topik pembahasannya
secara pararel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah
perjuangan bangsa karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode
tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata.
e. Model
berbagi (shared/participative model).
Model ini merupakan pemaduan pembelajaran akibat munculnya tumbang-tindih (overlapping concept) atau ide pada dua
mata pelajaran atau lebih. Buir-butir pembelajaran tetang kewarganegaraan dalam
PKn misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran Tata Negara,
Sejarah Perjuangan Bangsa, dan sebagainya.
f. Model
jaring laba-laba (webbed model).
Model ini berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan
kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan
pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun antar mata pelajaran.
g. Model
galur (threaded model). Model ini
memadukan bentuk-bentuk keterampilan.
Misalnya: melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap
kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita, dsb. Bentuk model ini
terfokus pada meta kurikulum.
h. Model
celupan (immersed model). Model ini
dirancang untuk membantu peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai
pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Kegiatan
pembelajaran diarahkan untuk mewadahi tukar pengalaman dan pemanfaatan
pengalaman masing-masing.
i. Model
jejaring (networked model). Model ini
merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan perubahan
konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru
setelah peserta didik mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun
konteks yang berbeda.
Model terpadu (integrated
model). Model ini merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran
yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi
yang semula terdapat dalam pelajaran matematika, bahasa Indonesia, IPA,
dan IPS agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam
mata pelajaran tertentu, misalnya IPA
0 Response to "Model-model Pembelajaran Tematik Terpadu"
Post a Comment