Penemuan (discovery)
menurut Sund dalam Roestiyah (2001:20) adalah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut ialah
mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.
Sutrisno (2012: 212) mengemukakan bahwa pembelajaran
dengan penemuan terbimbing memberikan kesempatan pada siswa untuk menyusun,
memproses, mengorganisir suatu data yang diberikan guru. Menurut Hamalik (2002:
134) metode penemuan terbimbing adalah suatu prosedur mengajar yang
menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek, dan eksperimentasi
oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep.
Siswa melakukan discovery (penemuan), sedangkan guru membimbing mereka
ke arah yang tepat atau benar.
Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya discovery learning merupakan pembentukan kategori-kategori atau
konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana
teori Bruner tentang kategorisasi yang nampak dalam discovery, bahwa discovery
adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan
kategori-kategori dan sistem-sistem
coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference) yang terjadi diantara obyek-obyek dan
kejadian-kejadian (events).
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif
harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif peserta didik. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk
memfasilitasi kemampuan peserta didik dalam berpikir (merepresentasikan apa
yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner
perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh
bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactiv,
iconic, dan symbolic.
Tahap
enaktif,
seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan
sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan
motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
Tahap
iconic,
seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan
visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar
melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
Tahap
symbolic,
seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia
sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan
sebagainya.
Ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi
dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi
pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan
pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Tujuan Pembelajaran Berbasis Penemuanyaitu:
a. meningkatkan
partisipasi aktif peserta didik dalam
pembelajaran;
b. mendorong peserta didik untuk dapat menemukan dan
menyelidiki sendiri konsep yang
dipelajari mudah diingat dan tidak mudah dilupakan peserta didik;
c. mendorong
peserta didik untuk belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun
abstrak, serta meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang
diberikan;
d. membantu
peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi
informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain;
e. melatih peserta didik belajar berpikir analisis dan mencoba
memecahkan problema yang dihadapi sendiri.
Manfaat pembelajaran berbasis penemuan adalah :
a. peserta didik aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia
berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;
b. peserta didik memahami benar bahan pelajaran, sebab
mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini
lebih lama diingat;
c. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan
batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya
meningkat;
d. peserta didik yang memperoleh pengetahuan dengan
metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai
konteks;
e. metode ini melatih peserta didik untuk lebih banyak
belajar sendiri.
a.
Langkah
Persiapan
1) menentukan tujuan pembelajaran;
2) melakukan identifikasi karakteristik
peserta didik (kemampuan awal,minat, gaya
belajar, dan sebagainya);
3) memilih materi pelajaran;
4) menentukan topik-topik yang harus
dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi);
5) mengembangkan bahan-bahan belajar yang
berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta
didik;
6) mengatur topik-topik pelajaran dari
yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap
enaktif, ikonik sampai ke simbolik;
melakukan
penilaian proses dan hasil belajar peserta didik
0 Response to "Pembelajaran Berbasis Penemuan"
Post a Comment